Lebaran ketupat merupakan perayaan setelah 7 hari pasca Idul Fitri, semacam merayakan syawalan. Biasanya dibuat dengan symbol hidangan ketupan, dan sudah menjadi budaya di Indonesia, khususnya di pulau Jawa. Tujuannya untuk untuk memberikan apresiasi bagi umat Islam yang sudah menjalankan puasa syawal dan puasa Ramadan.
Biasanya masyarakat merayakan lebaran ketupat dengan mengunjungi sanak saudara, menggelar pasar atau bazar untuk memeriahkan lebaran ketupan. Meski tidak semua masyarakat merayakan, tapi di tempat-tempat wisata tertentu ada yang memanfaatkan moment lebaran ketupat untuk mengadakan sebuah acara, seperti di Setu Babakan Jagakarsa.
Kebetulan nih, rumah saya yang sekarag dekat area wisata cagar budaya Betawi Setu Babakan Jagakarsa, jadi begitu tahu akan diadakan lebaran ketupan pada tanggal 3-4 Juni 2022, langsung deh saya catat supaya tidak terlewatkan. Karena biar dekat, biasanya lupa efek kebanyakan aktivitas yang harus dikerjakan, hehehe.
Keseruan Lebaran Ketupat
Pengunjung yang datang gratis, kecuali membawa kendaraan baru diminta bayar tiket parker. Kendaraan motor bayar Rp 5000, kalau mobil saya kurang tahu karena tidak mengamati. Untuk ke lokasi saya cukup berjalan kaki sekitar kurang dari 1 km.
Workshop Bikin Anak Ondel-Ondel
Di acara lebaran ketupat ini ada workshop anak ondel-ondel yang boleh diikuti anak-anak loh. Mereka diajakan dan melihat bagaimana proses membuat anak ondel-ondel, yang kerangkanya dari bambu dipipihkan, rambutnya dari ijuk. Cukup rumit juga kalau belum terbiasa, anak-anak saya tidak ikutan workshop membuat anak ondel-ondel, tapi langsung mainin ondel-ondel yang sudah jadi.
Selain ondel-ondel ada juga, workshop main alat musik Betawi seperti kenong, gambang, anak-anak bebas bermain dengan gembira. Binar malah sampai joget, kalau saya lebih suka foto-foto, maklum jiwa konten creator meronta, wkwkkwkw.
Kuliner Khas Betawi
Sebenarnya sih, tanpa ada acara lebaran ketupat di Setu Babakan banyak sekali dijual kuliner khas Betawi seperti kerak telor, toge goreng, dodol, kembang goyang, bir pletok, es kembang mayang. Hanya pada saat acara ini lebih meruah lagi, untuk harga-harganya standart. Kalau pun lebih mahal, naik sekitar 5000an.
Tapi ada yang menyita mata saya, karena di kios jual dodol, penjualnya langsung ngaduk dodol di situ loh. Dua laki-laki muda ngaduk dengan keringat berleleran, kebayang kalau jatuh ke wajah raksasa itu, dan pengunjung dibebaskan menyicip langsung dodol yang masih di wajan panas. Tentu saja nyicipnya pakai stick, jadi dodol tetap terjaga kebersihannya dan pengunjung tidak bisa ngambil banyak, hehehe.
Lelah nia Abang pengaduk dodol |
Panggung Lenong
Panggung di lokasi digunakan untuk pertunjukan nyanyi dan lenong khas Betawi, tapi karena sudah siang dan sedikit panas, saya memutuskan untuk jajan-jajan saja dan pulang. Karena pengunjungnya banyak sekali, dan jujur bawa Binar (3 tahun) saya masih ketar-ketir dengan kondisi pandemi yang belum hilang, meski sudah landai.
Jadi setelah puas jajan, keliling dari ujung ke ujung, saya memutuskan untuk mengajak suami dan anak-anak pulang. Kulineran yang kami beli akan kami makan di rumah saja, ada dodol, kelapa muda, bir pletok, toge goreng, kerak telor. Senang juga bisa mengajak anak mengetahui tradisi Lebaran Ketupat.