Siapa penyuka dimsum? Saya rasa hampir semua lidah masyarakat Indonesia menyukai kuliner satu ini, tapi tidak semua dimsum berhasil memiliki citra rasa yang enak. Karena pernah saya membeli dimsum yang teksturnya kasar, ketika dikunyah keras, dan amis. Ada teman yang cerita sampai membuang dimsum yang dibelinya, karena rasanya yang mengecewakan.
Sebagai
penggemar dimsum, saya pun sudah merasakan beragam dimsum dari yang versi
rumahan, kaki lima, sampai restoran. Tapi memang kalau kita mau mencicipi kuliner yang benar-benar
enak, kenali dulu dari mana kuliner itu berasal. Seperti saat saya ke Yogya,
susah banget cari gado-gado yang enak, tapi begitu di Jakarta… salah satu kuliner
khas Betawi ini banyak yang enak meski beli di kaki lima. Kalau ke Yogya ya
cari kuliner khas Yogya seperti sate klatak, gudek, oseng mercon, dll.
Sejarah Kecil Dimsum
Nah,
dimsum ini ternyata makanan tradisional Tiongkok wilayah Selatan yang sudah ada
sejak jaman Dinasti Han, yakni sudah ribuan tahun yang lalu. Kebayang nggak
sih, dimsum yang merupakan sejenis kudapan teman minun teh ini, dahulu kala disantap
di rumah-rumah ala Tiongkok di musim dingin. Duh, jadi pengen kan. Apalagi
Depok lagi musim hujan. Tapi di Depok juga saya menemukan dimsum yang enak, penasaran kan di mana hehehe.
Jadi
ceritanya, waktu itu saya ketemuan sama temen SMP, Lila namanya. Sebagai coach
diet sehat, dia pasti kalau makan ngajakin ke tempat makan yang bener-bener
menu aman gitu. Tidak berlemak-lemak, atau over lemak, karbo, dll gitu deh.
Beda banget sama saya ya, kadang keceplosan makan yang berlemak, hehe.
Lila
mengajak saya ke Imperial Kitchen & Dimsum di Depok Mall, suasana
restorannya cukup nyaman, tapi tidak mewah. Sederhana, tapi asyik buat duduk
sambil ngobrol, cukup luas juga. Imperial Kitchen ini merupakan restoran khas Tiongkok
yang menyajikan banyak dimsum lezat, tapi tentu saja banyak menu selain itu. Ada
aneka mie, sup, seafood, olahan nasi, dan juga sayur mayur.
Dimsum di Imperial Kitchen&Dimsum
Saya
memesan mie ayam chasew BBQ, dan aneka hidangan pembuka berupa dimsum. Tekstur
mienya kenyal, dan kuahnya lezat, tidak terlalu berminyak seperti mie ayam
kebanyakan. Ayam saus BBQ’nya lembut banget, dan manis. Sayuran sawinya juga
fresh, dan lembut. Sementara dimsumnya?
Dimsum
yang saya pilih tim udang jamur shimeji, Gao Zi, saya juga memesan lumpia ayam
saus tiram, tim kombinasi ikan dan kepiting. Harganya beragam mulai dari dua
puluh ribuan seporsi kecil, buat saya cukup murah karena memang sangat enak.
Serius, enak banget. Dimsumnya lembut, gurih, mungkin dimsum paling enak yang
pernah saya coba, hehehe.
Maka
dalam sekejap semua pesanan saya habis, meski porsinya tidak banyak atau
meruah, tapi cukup membuat kenyang dari hidangan pembuka sampai menu utamanya
mie ayam. Karena ketagihan, akhirnya saya balik lagi deh ke Imperial
Kitchen&Dimsum, hehehe. Tapi yang kedua saya hanya memuaskan diri dengan
memesan aneka dimsum saja dan minuman.
Oya,
yang menjadi catatan penting meski Imperial Kitchen&Dimsum merupakan
restoran Tiogkok, tapi tidak menyediakan dan memakai bahan-bahan yang haram
seperti alcohol, lard, dan daging babi. Insallah aman dan halal.