Kue Dongkal Jajanan Khas Betawi

 

Tinggal di Jakarta dan sekitarnya jangan sampai ketinggalan jajanan khas Betawi yang sangat beragam, ada kerak telur, selendang mayang, putu mayang, kue rangi. Bahkan kalau merayakan hari raya Idul Fitri akan bertebaran jajanan khas Betawi seperti dodol, biji ketapang, akar kelapa.


Hampir semua jajanan khas Betawi saya suka, terutama kue rangi, dodol, dan akar kelapa. Kalau tersedia di depan mata, rasanya tidak mau berhenti buat mengunyahnya, hehehe. Sayangnya, akar kelapa jarang saya temukan jika tidak hari raya Idul Fitri. Atau mungkin saya saja yang belum menemukan akar kelapa dijual bebas selain lebaran, entahlah.



Karena meski lahir dan besar di Jakarta, banyak hal tentang jajanan khas Betawi yang saya kurang mengetahui secara detil. Seperti berapa waktu lalu, saat itu hits banget tetangga saya cerita jajanan kue dongkal. Jujur saya baru dengar  setelah tinggal di Depok.


Sampai suatu hari saya melihat kue dongkal dijual di kaki lima di sepanjang jalan raya di Depok yang saya lalui. Bentuk semacam kerucut atau tudung bambu buat masak nasi jaman dulu, jaman dulu  banyak masyarakat Betawi yang masak nasi mengunakan anyaman bambu yang dibuat kerucut, dan dikukus di dalam dandang tembaga berbentuk unik.


Setelah saya browsing mengenak kue dongkal ini, ternyata bentuk kue dongkal seperti itu, karena dulu cara buat kue dongkal menggunakan kukusan berbahan anyaman bambu berbentuk kerucut dan dikukus dengan dandang khas Betawi agar senantiasa hangat saat menyantapnya.


Tapi saat itu saya belum tergerak untuk mencobanya, entah kenapa. Tapi karena ramai banget yang bahas kue dongkal, dan kebetulan suatu hari saya pulang dari Tajur Halang bersama suami, hujan deras dan kami berteduh di dekat penjual kue dongkal.


Aromanya kue dongkal yang baru dikukus seketika meruar sampai ujung hidung kami, harum khas kue yang membuat perut keroncongan. Tanpa menunggu persetujuan suami, saya langsung menghampiri dan bertanya harganya. Ternyata sangat murah, untuk ukuran box kecil dibandrol harga Rp10 ribu, sementara yang box besar seharga Rp15 ribu.


Saya memutuskan untuk membeli dus berukuran besar, mengingat anak-anak pasti mau, maklum kami sekeluarga ada 6 orang. Masih panas-panas kami pulang membawa kue dongkal, karena mau makan di tempat khawatir kondisi Covid, dan kami dari bepergian. Meski sejujurnya perut keroncongan mencium aroma kue dongkal.


Begitu sampai rumah, langsung kami makan bersama anak-anak, dan ternyata kue khas jajanan Betawi ini rasanya sangat mirip dengan kue putu! Mungkin karena bahannya sama, yakni tepung beras dengan isian gula aren. Tapi bedanya kue dongkal lebih memiliki tekstur yang agar kasar.




So, saya lebih suka kue dongkal atau putu? Ehmm, jujur, saya lebih menyukai kue putu karena tekstur kue putu yang lembut, bisa request dengan isian gula lebih sedikit sesuai selera saya. Sebab saya tidak suka yang terlalu banyak gula, tapi mungkin kue dongkal juga bisa request takaran gulanya ya. Nanti deh saya coba beli lagi, karena anak-anak suka.


Menurut saya, kue dongkal yang banyak dijajakan pedagang kaki lima ini patut diapresiasi deh, karena ternyata kue dongkal termasuk jajan khas Betawi yang sudah mulai langka alias legendaries dong.


Hayo, kalian jangan sampai tidak mencobanya ya, harganya sangt low budget, bisa jadi teman minum teh atau kopi pahit. Apalagi saat musim hujan seperti Desember ini.

You Might Also Like

2 komentar

  1. wah bener ay, akdanag kalau belum nyoab kiat masih penasaran dengan rasanya. jadi jangan pernah takut nyoba, kalaupun gak enak tapi sudah pernah merasakannya. dan camilan tradisional sekarang sdh main jarang dijual

    BalasHapus
  2. Baru denger kalo kue dongkal nih mba. Tapi dari penampakan aku suka sih. Perpaduan kue manis dan gurih dari kelapa begini, biasanya selalu cocok. Walopun kalo terlalu manis aku juga ga suka. Tapi Krn blm rasain kue ini, blm bisa bilang jadinya. Semoga bisa Nemu di daerah Jaktim ini 😁

    BalasHapus

Top Categories