Siapa yang suka traveling atau jalan-jalan? Saya rasa hampir semua orang suka traveling ya, dari yang benar-benar traveling lovers sampai yang sekedar jalan-jalan cari angin untuk menghibur dari kepenatan sehari-hari. Kalau saya sebenarnya traveling lovers, tapi itu dulu sebelum menikah. Asal libur kerja, meski sehari pasti jalan.

Jalan-jalan jauh kalau waktunya cukup, jadi tidak hanya sekedar capek. Karena buat suami jalan-jalan berarti menyenangkan diri, eh bahas jalan-jalan saya jadi mau membahas sisi lain dari hobby jalan-jalan ini. Jadi meski jalan-jalan, ke dalam goa pun saya tidak lupa membawa bekal mempercantik diri, hehehe.

Apalagi lagi dulu traveling yang saya lakukan yang rada-rada menantang, sehingga kulit wajah langganan terpapar sinar matahari. Jadi selain bekal untuk traveling dari mulai camilan, pakaian, saya juga bawa bekal skin care. Salah satunya serum pencerah wajah terbaik, maklum dulu saya juga ngantor. Jadi berabe deh kalau pulang ngebolang, wajah kusam atau gosong.

Siapa yang suka mie ayam?

Mie ayam yang merupakan kuliner khas Tiongkok. Ups! Membahas kuliner khas Tiongkok sepertinya lidah saya ini cocok dengan makanan negeri satu itu ya, hehehe. Tapi setuju kan, kalau hampir semua warga +62 memfavoritkan mie ayam? Meski dulu saya sempat tidak suka mie ayam karena isinya cenderung lebih banyak mienya ketimbang dagingnya, saya lebih memilih bakso ketimbang mie ayam atau dikenal ‘pangsit’.

Kalian pernah dapat topping mie ayam yang seperti itu? Saya pernah, duh rasanya bikin eneg. Jadi topping dagingnya itu aneka rupa bagian-bagian ayam, ada usus, kulit, leher, kepala, dan sedikit daging ayam saja. Saya lebih suka yang benar-benar daging ayam dipotong dadu atau kecil-kecil.

Selain itu ada juga yang mienya cepat melar, aromanya kurang enak, jadi kalau sudah agak dingin benar-benar nggak enak. Makanya saya kalau beli mie ayam harus benar-benar yang enak, dan rekomend. Kalau gak, dudududu…apaan yang mau dinikmati, karena kan memang mie ayam itu ya mie dan topping ayamnya harus yang nyummi.

Siapa penyuka dimsum? Saya rasa hampir semua lidah masyarakat Indonesia menyukai kuliner satu ini, tapi tidak semua dimsum berhasil memiliki citra rasa yang enak. Karena pernah saya membeli dimsum yang teksturnya kasar, ketika dikunyah keras, dan amis. Ada teman yang cerita sampai membuang dimsum yang dibelinya, karena rasanya yang mengecewakan.

Sebagai penggemar dimsum, saya pun sudah merasakan beragam dimsum dari yang versi rumahan, kaki lima, sampai restoran. Tapi memang kalau  kita mau mencicipi kuliner yang benar-benar enak, kenali dulu dari mana kuliner itu berasal. Seperti saat saya ke Yogya, susah banget cari gado-gado yang enak, tapi begitu di Jakarta… salah satu kuliner khas Betawi ini banyak yang enak meski beli di kaki lima. Kalau ke Yogya ya cari kuliner khas Yogya seperti sate klatak, gudek, oseng mercon, dll.

Sejarah Kecil Dimsum

Nah, dimsum ini ternyata makanan tradisional Tiongkok wilayah Selatan yang sudah ada sejak jaman Dinasti Han, yakni sudah ribuan tahun yang lalu. Kebayang nggak sih, dimsum yang merupakan sejenis kudapan teman minun teh ini, dahulu kala disantap di rumah-rumah ala Tiongkok di musim dingin. Duh, jadi pengen kan. Apalagi Depok lagi musim hujan. Tapi di Depok juga saya menemukan dimsum  yang enak, penasaran kan di mana hehehe.

Jadi ceritanya, waktu itu saya ketemuan sama temen SMP, Lila namanya. Sebagai coach diet sehat, dia pasti kalau makan ngajakin ke tempat makan yang bener-bener menu aman gitu. Tidak berlemak-lemak, atau over lemak, karbo, dll gitu deh. Beda banget sama saya ya, kadang keceplosan makan yang berlemak, hehe.

Lila mengajak saya ke Imperial Kitchen & Dimsum di Depok Mall, suasana restorannya cukup nyaman, tapi tidak mewah. Sederhana, tapi asyik buat duduk sambil ngobrol, cukup luas juga.  Imperial Kitchen ini merupakan restoran khas Tiongkok yang menyajikan banyak dimsum lezat, tapi tentu saja banyak menu selain itu. Ada aneka mie, sup, seafood, olahan nasi, dan juga sayur mayur.

Dimsum di Imperial Kitchen&Dimsum

Saya memesan mie ayam chasew BBQ, dan aneka hidangan pembuka berupa dimsum. Tekstur mienya kenyal, dan kuahnya lezat, tidak terlalu berminyak seperti mie ayam kebanyakan. Ayam saus BBQ’nya lembut banget, dan manis. Sayuran sawinya juga fresh, dan lembut. Sementara dimsumnya?

Dimsum yang saya pilih tim udang jamur shimeji, Gao Zi, saya juga memesan lumpia ayam saus tiram, tim kombinasi ikan dan kepiting. Harganya beragam mulai dari dua puluh ribuan seporsi kecil, buat saya cukup murah karena memang sangat enak. Serius, enak banget. Dimsumnya lembut, gurih, mungkin dimsum paling enak yang pernah saya coba, hehehe.

Maka dalam sekejap semua pesanan saya habis, meski porsinya tidak banyak atau meruah, tapi cukup membuat kenyang dari hidangan pembuka sampai menu utamanya mie ayam. Karena ketagihan, akhirnya saya balik lagi deh ke Imperial Kitchen&Dimsum, hehehe. Tapi yang kedua saya hanya memuaskan diri dengan memesan aneka dimsum saja dan minuman.

Oya, yang menjadi catatan penting meski Imperial Kitchen&Dimsum merupakan restoran Tiogkok, tapi tidak menyediakan dan memakai bahan-bahan yang haram seperti alcohol, lard, dan daging babi. Insallah aman dan halal.

Tinggal di Jakarta dan sekitarnya jangan sampai ketinggalan jajanan khas Betawi yang sangat beragam, ada kerak telur, selendang mayang, putu mayang, kue rangi. Bahkan kalau merayakan hari raya Idul Fitri akan bertebaran jajanan khas Betawi seperti dodol, biji ketapang, akar kelapa.

Sampai suatu hari saya melihat kue dongkal dijual di kaki lima di sepanjang jalan raya di Depok yang saya lalui. Bentuk semacam kerucut atau tudung bambu buat masak nasi jaman dulu, jaman dulu  banyak masyarakat Betawi yang masak nasi mengunakan anyaman bambu yang dibuat kerucut, dan dikukus di dalam dandang tembaga berbentuk unik.

Setelah saya browsing mengenak kue dongkal ini, ternyata bentuk kue dongkal seperti itu, karena dulu cara buat kue dongkal menggunakan kukusan berbahan anyaman bambu berbentuk kerucut dan dikukus dengan dandang khas Betawi agar senantiasa hangat saat menyantapnya.